Sejarah Perang Diponegoro

 


   Pada abad ke-19 keadaan di Jawa khusunya Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan dikarenakan banyaknya konflik yang disebabkan oleh pemerintah kolonial. Campur tangan kolonial itu juga melahirkan budaya Barat yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara, seperti minum-minuman keras. Rakyat pun semakin menderita karena dijadikan objek pemerasan. Perubahan pada masa Van Der Capellen juga menimbulkan kekecewaan beban penderitaan rakyat semakin berat, karena diwajibkan membayar berbagai pajak, seperti pajak tanah, pajak halaman perkarangan, pajak jumlah pintu, pajak ternak, pajak pindah nama, pajak menyewa tanah atau menerima jabatan. Bahkan seorang ibu yang menggendong anaknya di jalan umum juga harus membayar pajak.

Dalam suasana penderitaan rakyat dan kekacauan itu datanglah seorang bangsawan, putera Sultan Hamengkubuwana III yang bernama Raden Mas Ontowiryo atau yang dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro merasa tidak senang dengan melihat penderitaan rakyat dan kekejaman Belanda. Pangeran Diponegoro pun menentang perbuatan Belanda yang kejam dan tidak berperikemanusiaan, pada tanggal 20 Juli 1825 meletuslah Perang Diponegoro.

( Pangeran Diponegoro )

Sejak tahun 1823, Jonkheer Anthonie Hendrik Smissaert diangkat sebagai residen di Yogyakarta. Tokoh Belanda ini dikenal sebagai tokoh yang sangat anti terhadap Pangeran Diponegoro. Oleh karena itu Smissaert berkerja sama dengan Patih Danurejo untuk menyingkirkan Pangeran Diponegoro dari istana Yogyakarta. Pada suatu hari ditahun 1825 Smissaert dan Patih Danurejo memerintahkan anak buahnya untuk memasang anjir (patok) dalam rangka membuat jalan baru. Pangeran Diponegoro pun memerintahkan rakyatnya untuk mencabuti anjir tersebut tetapi Patih Danurejo memasang kembali anjir tersebut. Dengan keberaniannya pengikut Pangeran Diponegoro mencabuti anjir itu dan digantikan oleh tombak tombak mereka berawal dari insiden anjir inilah meletus Perang Diponegoro.

Pangeran Diponegoro adalah pemimpin yang tidak individualis. Beliau sangat memperhatikan keselamatan anggota keluarga dan anak buahnya. Sebelum melanjutkan perang Pangeran Diponegoro  harus mengungsikan anggota keluarga berserta anak-anak dan orang-orang lanjut usia ke Dekso daerah Kulon Progo. Dari Selarong Pangeran Diponegoro pun menyusun strategi perang, yaitu :

  1). Merencanakan serangan ke keraton Yogyakarta dengan mengisolasi pasukan Belanda dan                       mencegah masuknya bantuan dari luar

  2). Mengirim kurir kepada para bupati atau ulama agar mempersiapkan peperangan melawan Belanda.

  3). Menyusun daftar nama bangsawan siapa yang sekiranya kawan dan siapa lawan.

  4). Membagi kawasan Kesultanan Yogyakarta menjadi beberapa mandala perang dan mengangkat               para pemimpinnya.

Sebagai pimpinan  Pangeran Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (Paman Pangeran Diponegoro), Ali Basyah Sentot Prawirodirjo sebagai panglima muda, dan Kiai Mojo bersama muridnya. R.A. Kustiah Retno Edi atau yang dikenal dengan nama Nyi Ageng Serang yang sudah berusia 73 tahun bersama cucunya R.M Papak bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro.Tiga minggu setelah penyerbuan Tegalrejo Pasukan Pangeran Diponegoro balik menyerang Keraton Yogyakarta dan serangan ini pun mendapatkan hasil. Perlawanan Pangeran Diponegoro pun terus meningkat beberapa pos pertahanan Belanda dapat dikuasai. Pergerakan pasukannya pun meluas ke daerah Pekalongan, Banyumas, Semarang, Kedu, dan Rembang. Kemudian ke arah Timur meluas ke daerah Magetan, Kediri, Madiun dan sekitarnya.

Pangeran Diponegoro menerapkan beberapa strategi perang dengan menerapkan penyerangan langsung yang mengandalkan jumlah pasukan yang besar dan ia juga menerapkan prinsip perang gerilya , selain itu Pangeran Diponegoro juga menerapkan strategi perang atrisi (penjemuan) startegi ini mengubah perang secara langsung dengan perang jangka panjang. Dalam melakukan perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro senantiasa bergerak dari pos satu ke pos lainnya, strategi perang ini sempat membuat Belanda kebingungan. Untuk menghadapi strategi pasukan Pangeran Diponegoro yang berpindah-pindah, Jenderal de Knock pun menerapkan strategi dengan sistem Benteng Stelsel. Dengan strategi ini sedikit demi sedikit perlawanan Pangeran Diponegoro dapat diatasi. Pada tahun 1827 perlawanan Pangeran Diponegoro di beberapa tempat seperti Semarang, Tegal, dan Pekalongan dapat dipukul mundul oleh pasukan Belanda. Dengan sistem Benteng Stelsel pergerakan pasukan Diponegoro pun semakin sempit.

(Jenderal de Kock)

Para pemimpin yang membantu Pangeran Diponegoro mulai banyak yang tertangkap, tetapi perlawanan rakyat masih terjadi di beberapa tempat. Di rembang di bawah pimpinan Raden Tumenggung Ario Sosrodilogo mengadakan perlawanan di daerah Rajegwesi. Namun perlawannya berhasil dipatahkan Belanda pada bulan Maret 1928. Sementara itu pasukan Pangeran Diponegoro dibawah Sentot Prawirodirjo justru berhasil menyerang benteng Belanda di Nanggulan. Penyerangan ini berhasil menewaskan Kapten Ingen. Kemudian pasukan Belanda pun dikosentrasikan untuk mendesak dan mempersempit ruang gerak pasukan Sentot Prawirodirjo dan kemudian dicoba untuk didekati agar mau berunding. Berkali-kali ajakan Belanda ditolaknya, kemudian Belanda pun meminta bantuan kepada Aria Prawirodiningrat untuk membujuk Sentot Prawirodirjo, akhirnya Sentot Prawirodirjo pun menerima ajakan untuk berunding. Pada tanggal 17 Oktober 1829 ditandatangani Perjanjian Imogiri antara Sentot Prawirodirjo dengan pihak Belanda. Penyerahan diri dan tertangkapnya para pemimpin merupakan pukulan berat bagi perjuangan Pangeran Diponegoro. Perlawanan Pangeran Diponegoro terus berjuang mempertahankan tanah tumpah darahnya dan belum ada tanda-tanda perlawanan Diponegoro akan berakhir. Kemudian Belanda mengumumkan kepada khalayak bagi siapa saja yang dapat menyerahkan Pangeran Diponegoro dalam keadaan hidup atau mati akan diberi hadiah sejumlah 20.000 ringgit. Tetapi tidak ada yang tertarik dengan sayembara itu.



   

Sejarah Perang Diponegoro Sejarah Perang Diponegoro Reviewed by azielzabbar on June 06, 2021 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.