Pada saat agama Islam masuk ke Nusantara (Indonesia), agama Islam langsung segera dipeluk oleh berbagai kalangan masyarakat. Dalam sistem kerajaan - kerajaan Nusantara yang bercorak agama Islam, penataan masyarakatnya agak berbeda dari keadaan masa sebelumnya. Sebelum datang orang - orang Eropa, Nusantara telah dikunjungi oleh pedagang - pedagang bangsa Asia seperti orang - orang Tiongkok, India, Arab, dan penduduk Asia Tenggara. Pada saat itu, perdagangan maritim berkembang pesat sehingga dalam masyarakat kerajaan Islam terdapat kelompok pedagang lokal dan asing yang memengaruhi perkembangan politik dan ekonomi kerajaan. Masyarakat kerajaan Islam nusantara yang memiliki pelabuhan laut cukup ramai tentunya lebih dinamis, terbuka, dan banyak menerima pengaruh luas yang dibawa oleh para pedagang asing yang singgah di pelabuhannya
Salah satu penataan masyarakat dalam Islam adalah masa Kerajaan Mataram Islam. Dalam masa pemerintahan Sultan Agung dari Mataram (1613-646), dapat diketahui bahwa raja sangat berkuasa. Ia tinggal di istana dengan dikelilingi oleh para abdi dalem lainnya. Di lingkungan istana, tinggal juga para alim ulama yang menjadi penasihat spiritual Sultan Agung dan kaum kerabatnya. Di luar istana, terdapat puri para pejabat kerajaan dan para menterinya tinggal. Sedangkan, rakyat biasa tinggal di lingkungan negaragung, desa - desa, dan kota - kota di wilayah luar negaragung. Di kota - kota di luar negaragung, juga terdapat puri para penguasa daerah (adipati).
Pada masa itu, jika Mataram hendak mengadakan peperangan tentaranya dikerahkan dari kalangan rakyat biasa yang dipersenjatai (milisi). Oleh karena atas perintah raja, para milisi itu tidak dibayar. Mereka rela berkorban secara sukarela bagi kebesaran raja. Meskipun demikian, raja harus memperhatikan kegiatan rakyatnya di sawah dan ladangnya. Jika padi telah dipanen dan masuk lumbung - lumbung, rakyat dapat dikerahkan untuk maju ke medan perang. Ketika musim hujan tiba, pasukan - pasukan Mataram harus pulang kembali ke desa - desanya untuk mengerjakan sawahnya. Dengan demikian, para milisi hanya dapat berperang selama beberapa bulan saja.
Yang menjadi pusat kerajaan adalah raja yang berkedudukan di keratonnya. Di sekitar keraton, tinggal pula pejabat tinggi kerajaan yang terdiri dari patih, wedana, dan nayaka. Mereka bersama - sama tinggal di wilayah yang disebut negara/nagara. Di sekeliling negara, terdapat wilayah yang dinamakan dengan negaragung yang merupakan ibu kota besar yang merupakan suatu area di luar istana dan sekitarnya. Di Negaragung, terdapat tanah - tanah yang pajaknya diperuntukan bagi kas keraton.
Mancanegara Kulon adalah daerah - daerah di sebelah barat Nergaragung, antara lain Banyumas, Banjar Pasir (Purwokerto), Ngayah, Lebak-Siyu, Balapulang, Dayahulur, Bentar, Karang Borong, Merden, dan Tersana. Adapun Mancanegara Wetan terdiri atas daerah - daerah antara lain Ponorogo, Kediri, Madiun, Pacitan, Kaduwang, Magetan, Caruban, Pacet, Kertosono, dan Blitar.
Selain pembagian daerah - daerah di atas, dibedakan pula antara daerah pedalaman (mancanegara) dengan daerah pesisir pantai utara Jawa. Terdapat pembagian daerah Pasisiran Kulon ( Pesisir Barat ) dan Pasisiran Wetan ( Pesisir Timur ). Batas Pasisiran Kulon adalah dari Demak ke Barat, sedangkan Pasisiran Wetan bermula dari Demak ke Timur.
Di luar Jawa, juga terdapat kerajaan - kerajaan Islam yang berkembang kemudian runtuh secara silih berganti. Secara garis besar, gambaran penataan masyarakat kerajaan-kerajaan Islam di luar Jawa sebagai berikut :
a. Para penguasa dan kerabatnya, berada di ibukota ataupun di daerah-daerah.
b. Kaum agamawan yang tediri dari tokoh ulama tinggal bersama muridnya.
c. Para pejabat tinggi kerajaan berserta keluarganya.
d. Kaum niagawan ( pedagang ), orang-orang kaya, yang menguasai jalur
perdagangan laut yang terdiri dari orang-orang Nusantara dan luar Nusantara.
e. Rakyat biasa yang hidup di ibukota kerajaan ataupun di desa-desa dalam wilayah
kerajaan tersebut.
Masyarakat Indonesia dalam Sistem Kerajaan Islam
Reviewed by azielzabbar
on
July 11, 2019
Rating:

No comments: